Home » , , » Berfikir itu bagaikan mobil dan acesories-nya

Berfikir itu bagaikan mobil dan acesories-nya

Baca Juga

Berfikir itu bagaikan mobil dan acesories-nya , mengapa saya ambil judul yang seakan tidak matching sama sekali dan tidak klop, ya itu cuma sebuah perumpamaan. dimana perumpamaan katanya sebagian orang bijak perlu untuk membuat kita lebih berfikir. nah nyambung bukan kata 'berfikir' dengan kata 'umpama' ?.


dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya kita tidak berlepas diri dari masalah berfikir. mulai kita bangun tidur sampai tidur lagi tentunya aorgan kita yang bernama otak akan selalu terpicu untuk berfikir. banyak yang berfikir seadanya, ada yang berfikirnya sedang-sedang saja dan ada yang berfikirnya terlalu komplek dan ribet alias 'njlimet' ( dalam bahasa jawanya).

dalam berbagai literaur ilmu psikologis, bahwa proses berfikir manusia tentu bukan sekedar berfikir secara naluriah seperti berfikirnya hewan. tetapi lebih komplek dari itu bahwa berfikirnya seorang manusia yang berakal tentu akan membuat suatu perubahan-perubahan dalam hidupnya. bayangkan kalau manusia itu diberi otak dan tidak mau menjalankan otaknya untuk aktifitas berfikir, tentu dia akan menjadi robot canggih tanpa baterai di dalamnya seakan onggokan sampah istimewa bak pajangan.

Kembali lai ke topik semula, bahwa manusia berfikir tentulah mempunyai cabang dan tidak searah. bagaikan mobil dan segala perlengkapannya. bayangkan andaikata kita mengendarai mobil tanpa disertai spion kanan kiri tentulah hanya angan-angan dan perasaan kita saja yang berjalan, andaikata selamat berkendara tentu itu suatu keberuntungan dan sebaliknya. disinilah perumpamaan mobil itu dan cara berfikir manusia. contoh, kita mau memanjat pohon, cara berfikir kita yang komplek akan memicu pertanyaan sebelum aksi panjat pohon dilakukan, kita akan berfikir mungkin bertanya dalam hati "pohon siapakah ini", "boleh nggak aku panjat", "rapuh tidak akarnya", "kalau aku jatuh siapa yang menolong", " aku memanjat pakai apa", "butuh pengaman apa tidak", dan lain sebagainya. apabila kita berfikir singkat dan sembrono mungkin yang kita fikirkan cuma segelintir pertanyaan, asal bisa memanjat pohon maka selesai sudah. itu cara berfikir sederhana tapi tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang timbul sebagai persiapan 'akibat'nya.

Nah, dari uraian contoh singkat diatas tentunya kita semua ingin menjadikan diri kita sempurna bukan ? walau kesempurnaan hakiki hanya milik Allah tapi kita sebagai makhluk berakal juga dituntut untuk menyempurnakan akal dan fikiran kita.