Home » » Yang ' kesekian ' terkadang yang melenakan

Yang ' kesekian ' terkadang yang melenakan

Baca Juga

Terkadang, apabila kita sedang mengerjakan sesuatu dan pekerjaan itu tidak selesai-selesai juga dengan segala permasalahan yang membelit, kita sudahi perkerjaan itu dan berkata dalam hati " ah, mungkin saya tidak mampu melakukan pekerjaan yang ini", atau mungkin agak sedikit 'slow' menyikapinya seperti berkata dalam hati " ah, besok sajalah, masih banyak waktu, mungkin besok bisa berhasil ". dan beberapa keluhan dalam hati yang intinya kita terlihat 'menyerah' begitu saja karena merasa tidak mampu melakukan hal tersebut. ada anekdot " Yang 'kesekian' terkadang yang melenakan, tapi sebelum sampai selangkah kesekian dia terlena " , maksudnya ???.


Tahukah kita bahwa Penemu lampu si Thomas Alva Edison telah melakukan pekerjaan teramat melelahkan baginya, bayangkan, dia melakukan pekerjaannya untuk membuat bohlam (lampu) itu dapat berpijar telah melalui ratusan kali kegagalan. satu diuji gagal, satunya diuji gagal dan seterusnya. apakah dia menyerah ? tentu tidak. dia semakin mendapat ilmu dari 'kegagalan' yang dialaminya, dia menjadi tahu apa saja, benda apa saja dan jenis apa saja yang tidak dapat berpijar jika dialiri oleh arus listrik. maka dengan keuletan yang kesekian kali dia berhasil dengan apa yang diharapkan, bohlam (lampu) dapat berpijar menurut apa yang diharapkan. 

Dari contoh diatas, tentu sangat kontras dengan apa yang terjadi dengan contoh di paragraf pertama yang 'belum apa-apa' sudah menyerah. Bagaimana mungkin kita dapat menikmati rasanya terang lampu temuan si Thomas kalau saja si thomas berhenti untuk yang kesekian kali dari penelitiannya, padahal penelitian yang terakhir akan menghasilkan karya yang luar biasa berguna bagi umat manusia. Disinilah ada semacam Mindset ( cara pandang ), belajar pada sejarah, belajar pada kegagalan orang lain, belajar pada keberhasilan orang lain dan selalu belajar. belajar untuk tidak berhenti menghadapi apa yang sudah kita yakin lakukan. Jalan akan terbuka untuk yang 'kesekian' kalinya sebelum kita berkata menyerah.