Home » , , , , » Hikmah di balik Prasangka

Hikmah di balik Prasangka

Baca Juga

Banyak sekali bertebaran apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita sendiri lakukan terkadang berbeda dengan apa yang kita angan dan inginkan. Adakalanya kita membenci sesuatu padahal menurut orang yang kita benci itu dalah sesuatu yang ter-amat baik baginya bukan untuk kita. Adakalanya juga apa yang kita lakukan itu ‘benar’ menurut prasangka dan keilmuan kita, tetapi berbanding terbalik dengan apa yang di-prasangkakan oleh orang lain menurut ilmu dan pandangan mereka. Ternyata banyak Hikmah di balik Prasangka yang menyertai kehidupan kita sehari-hari.


Itulah sekelumit apa ‘prasangka ‘ yang selalu kita selipkan diantara kehidupan kita. Dari mulai tidur sampai bangun lagi tentu syaraf kita yang masih ‘hidup’ selalu ada diantara dua alam, alam positif dan alam negative. Bukan dari artian alam ghaib, tapi arti sesungguhnya dari sisi hati kita. Dimana hati selalu jadi patokan untuk menggerakkan sel syaraf seluruh tubuh. Maka benar adanya, bahwa ‘bila hati itu baik maka baiklah seluruh tubuh, dan bila hati itu buruk maka buruklah seluruh tubuh’. Kata tersebut bisa dimaknai seutuhnya ataupun kiasan. Sekali lagi ,tentu kita butuh perasaan bukan dalam memaknai kata tersebut ? .

Lalu bagaimana kalau ada yang bilang kita tidak berperasaan dan tidak mempunyai perasaan ?, tentu ada 3 jawaban dalam diri yang ditanya, yang pertama mungkin bilang “ah, itu kan suka-suka saya “, yang kedua mungkin berkata “ enak saja Lo bicara, aku berperasaan tahu !”, dan yang ketiga mungkin bilang “Alhamdulillah, semoga kedepannya saya lebih mempunyai perasaan yan g lebih baik lagi “. Tentu kita yang mendengar jawaban tersebut sudah bisa menebak dimana antara jawaban itu yang lebih sopan, lebih menghargai perasaan dan lebih menyejukkan hati ?. untuk menilainya kita pasti butuh yang namanya Prasangka. Bila , umpamanya kita semua setuju dengan perkataan yang nomor 3, prasangka kita untuk menilai orang ke-3 itu tentu bermacam-macam, mungkin kita berprasangka orang itu baik sekali, orang itu jujur sekali dan mungkin malah sebaliknya kita berprasangka bahwa orang itu sedang bermain kata, sedang ada udang di balik batu dan sebagainya-sebagainya prasangka.

Di balik Kata prasangka itulah ada benang merah yang semestinya kita jaga dan kita arif menyikapinya. Di balik semua prasangka itulah kita sadar bahwa setiap manusia tercipta tidak menurut apa yang kita inginkan, tidak semua orang harus sama seperti yang kita prasangkakan dan semua kembali pada hati dan k e-ilmuan yang dimiliki oleh setiap insane. Berprasangka adalah Hak dan tentu di balik hak itulah tersimpan kewajiban yang harus kita ‘pertanggung jawabkan’ kelak. Wassalam