Home » , , , » Banyak Makan garam semakin santun

Banyak Makan garam semakin santun

Baca Juga

Banyak Makan garam semakin santun ?, nah, sekali lagi judulnya membikin 'geregetan', bikin tanda tanya sih iya. Biasanya orang makan garam terlalu banyak bisa memicu beberapa penyakit. eitss, tapi tenang dulu, yang ingin saya ceritakan disini bukan bab 'melahap' garam yang konon katanya asin tapi cuma bumbu indah majas yang dilebih-lebihkan (adminnya suka yang lebih-lebih kali ya...hehe ). 

Sering kita mendengar kata-kata " semakin banyak makan garam semakin tahu artinya hidup ". Mungkin maksudnya semakin lama kita hidup, semakin banyak kita menerima berbagai sesuatu baik itu cobaan, pengalaman, suka duka dan sebagainya maka akan semakin menambah pengalaman yang mengandung hikmah di dalamnya. Yang tadinya urakan semakin santun, yang tadinya 'super sombong' jadi low profile, yang tadinya suka yang sia-sia jadi 'hormat' pada detikan waktu , semakin hari semakin tambah Ilmu, semakin bertambah umur semakin sopan dan lebih memaknai hidup diri sendiri dan orang lain.

Tadi, sebelum saya menulis postingan ini, Ada segerombolan arak-arakan supporter fanatik dari salah satu group sepak bola yang terkesan ugal -ugalan, terkesan keras dan tidak banyak aturan yang ditaati. Kalau kita memandang itu buruk, mungkin itu memang buruk. kalau kita memandang itu suatu contoh yang tidak baik, memang itu sebenarnya contoh yang tidak baik. Hampir sebagian besar supporter itu anak muda, begitu urakannya sampai pengguna jalan yang lain 'terpaksa' minggir daripada berurusan dengan hiporia anak muda itu. Dalam hati saya, "ah, maklum anak muda, masih belum banyak makan garam", cuma itu yang bisa saya fikirkan untuk menghibur diri sendiri yang ingin cepat-cepat sampai tujuan dan akhirnya macet karena ulah supporter.

Kalau kita melihat dari sisi buruknya saja, mungkin yang ada adalah bahwa kita mempunyai 'Plot' bahwa anak muda itu ya seperti itu. padahal, kalau kita sedikit 'bersabar' dengan perasaan kita mengenai ulah supporter tadi mungkin akan timbul suatu jawaban dalam diri kita, bahwa itulah realita hidup, itulah kenyataan bahwa menciptakan yang baik itu memang perlu proses dan waktu, perlu banyak 'makan asam garam', perlu belajar dari kesalahan diri sendiri dan orang lain. Kita mungkin masih ingat masa remaja kita yang sedikit urakan, yang tidak tahu menahu perasaan orang lain, tidak begitu tahu apa itu santun, tetapi semakin bertambah umur kita semakin kita tahu apa itu santun, apa itu rasa hormat dan bagaimana menghargai diri sendiri serta orang lain.

Semakin tinggi pohon, semakin banyak kekuatan untuk menghadang hantaman angin.